Senin, 24 Januari 2011

Tangis Rhoma Irama pada 40 Tahun Soneta (2)

Ini Kehendak Allah, Bukan Kepandaian Rhoma Irama’

Catatan H Surya Aka Syahnagra

Eksistensi Soneta yang telah berusia 40 tahun, merupakan terlama di dunia. Menurut Rhoma Irama, itu semata karena kehendak Allah SWT. Bukan karena kepandaian Rhoma Irama. Hal itu ditegaskan Rhoma saat berceramah 40 Tahun Soneta yang digelar Soneta Fans Club Indonesia di markas Soneta pertama 1970, Kebonbaru Jaksel, Minggu 2 Januari.  

Selama 40 Tahun eksis tersebut, Soneta telah melampaui perjuangan yang luar biasa menantang, taruhannya nyawa. Pernah empat terjadi percobaan pembunuhan di berbagai daerah. Rhoma juga memberi alasan mengapa masuk PPP dan beralih ke Golkar.

Selain itu, Rhoma juga berbicara usianya yang sudah 64 tahun, kalau menurut Rasulullah yang usianya 63 tahun, maka sudah mendapatkan bonus 1 tahun. Rhoma menyadari suatu saat dipanggil Allah. Maka, dia juga bicara soal pewarisan ilmu musik kepada putra putrinya. Saat ini, selain Ridho Rhoma dengan Sonet2 nya, Rhoma juga mengkader Vicky Rhoma sebagai vokalis Sonetrock. Warisan apa yang diberikan kepada mereka?

Tulisan bagian kedua ini, diawali perjuangan Soneta melawan musik syetan. Berikut kutipannya:  
Hari ini tepatnya 11 Desember, Soneta telah berusaia 40 tahun. Artinya Soneta Group merupakan grup yang terlanggeng di dunia. Bukan cuma di Indonesia. Ada dua grup yang eksistensinya terpanjang, pertama Rooling Stone dan kedua Soneta. Sama-sama 40 tahun. Dua grup inilah terlanggeng di dunia, alhamdulillah. Sementara dulu, ketika Soneta mendeklarasikan ‘’The Voice of Moeslem’’, seluruh media mencemooh kita. Mana ada ada Islam dibawa-bawa ke musik. Musik ya musik saja, Islam ya Islam saja. Tidak ada penggabungan keduanya. Karena pada saat itu musik dan agama sangat kontradiktif. Maka ketika saya naik haji tahun 1975, itu juga dibilang pasti seusai naik haji, karir saya hancur. Pulang dari haji, pasti nama Oma Irama hilang. Kenapa? ‘Mana ada haji menyanyi dan mana ada penyanyi yang naik haji?’ Saat itu, mau nyanyi jangan haji dan mau haji jangan nyanyi. Artis yang pertama naik haji, baik dari musik, melayu rock, jaz, itu ya Oma Irama. Media saat itu memastikan Oma Irama usai haji akan selesai, habis.
Tetapi alhamdulillah, berkat ridha Allah Swt kini Soneta sudah berusia berusia 40 tahun kami membawakan musik buat dakwah agama. Semua ini sebagai indikasi bahwa doa kami kepada Allah swt telah dikabulkan. Allah swt telah meridhai kita. Soneta tidak bakal berusia 40 tahun, kalau Allah tidak ridha. Kalau doa kita tidak dikabulkan Allah, tidak akan Soneta eksis sampai usia terlama di dunia. Alhamdulillah. (Rhoma kembali meneteskan air mata, wajahnya diusap dengan sapu tangan. Hadiri terdiam, sebagian juga ikut hanyut menangis. Haji Nasir, Haji Rizwan menunduk sedih dengan mata berkaca-kaca-pen).
Usai naik haji, orang memanggil saya haji. Tetapi saya resah dengan nama haji ini. Hal yang sama juga ketika kecil dipanggil ‘Raden’, saya juga tidak suka feodal. Maka ketika pulang haji, nama saya ubah, Rhoma Irama. Sebenarnya nama kecil di akte saya, Raden Irama, tapi biasa dipanggil Oma. Tapi saya tidak suka dipanggil ‘raden’, tapi Irama saja. Maka sepulang haji, saya juga mau sembunyikan ‘’haji’’ itu. Saya tidak suka dipanggil R itu Raden. H nya Haji. Maka jadilah H.Oma Irama. Untuk menyembunyikan H nya, saya gabung jadi ‘Homa Irama’. Kok kurang artistik. Maka saya ambil lagi itu R. Bukan R.H.Oma Irama. Nanti orang panggil saya Raden Haji Oma Irama. Makanya saya jadikan satu, cukup Rhoma Irama. Itu mau menyembunyikan raden dan haji nya. (Hadiran kembali tertawa-pen)

Dunia mempelajari Lirik Soneta
Alhamdulillah, Soneta dipelajari di puluhan universitas berbagai negara di seluruh dunia. Ini yang mengatakan Andrew Wintraub, guru besar musik Pittsbergh University Amerika Serikat. Saya tanya sama beliau, ‘’Andrew, apa yang membuat lirik Soneta dipelajari di dunia?’’, dia jawab, ‘’lirik lirik Soneta itu perlu didengar oleh dunia. Sementara kini lirik-lirik didunia tidak ada yang memiliki makna dan bimbingan. Tidak ada yang memberikan solusi masalah-masalah dunia. Tetapi lagu-lagu Anda memberi inspirasi, memberi solusi dan bimbingan kepada umat manusia, bukan hanya kepada umat Islam saja. Juga bukan hanya kepada bangsa Indonesia. Dunia juga perlu mendengar lirik-lirik Soneta. (Allahu Akbar...!).
Atas komentar Wintraub itu, maka saya berkata berkata, subhanallah alhamdulillah laa ilaaha illallah allahu akbar. Orang bertanya kepada saya, bang Anda kok bisa membikin lirik seperti itu? Ada Keramat, Ghibah, Haram, Kiamat, Hari Berbangkit. Bagaimana bisa merangkai itu menjadi sesuatu yang sangat menyentuh? Jawaban saya, La haula wala quwwata illa billah. Saya tidak pernah merasa bisa. Saya tidak pernah merasa mampu membuat lirik dan lagu. Pernah suatu saat di bulan Ramadhan, di Pasar Minggu, di situ ada danau kecil, nunggu buka duduk di pinggir danau sambil baca Alquran sendirian. Sambil terdengar sayup – sayup lagu-lagu Soneta: Hari Berbangkit, Keramat. Saya tiba-tiba meneteskan air mata. Subhanallah, ini lagu luar biasa. Kata orang itu lagu buatan Rhoma Irama. Tetapi saya tidak merasa membikin. Rhoma Irama tidak akan pernah mampu membuat lirik, yang sebegitu menyentuh sampai sampai dunia membutuhkan lirik lirik Rhoma Irama. Itu semua laa haula walaquwata illa billah.
Pernah KH Fuad Hasyim dari Buntet Cirebon, berdakwah di rumah almarhum Salim Kadar, kebetulan saya juga di sana. Beliau cerita, baru pulang dari Jordania. Saat salat Jumat, si khatib bercerita tentang Rhoma Irama. Dia bilang, di Indonesia ada muballigh namanya ‘’Umar Irama’’. Dia berdakwah dengan musik. Ternyata Rhoma sudah dicatat oleh muslim dunia.

Tantangan Soneta di awal berdirinya
Kemudian teman-teman Soneta ikut berjuang diawal menjalankan misi ‘’the voice of moeslem’’, membawakan musik dakwah, bukan sedikit tantangannya. Ketika lagu ‘’Laa ilaha illah’’ dirilis, Rhoma Irama pernah disidang oleh Majelis Ulama Indonesia dipimpin KH Hasan Basri. Ada provokator-provokator di media yang menuduh bahwa lagu ‘’Laa Ilaaha Illallah’’ ciptaan Rhoma Irama dinilai sebagai mendendangkan ayat Alquran. Ulama kumpul, wartawan kumpul. KH Hasan Basri tanya, coba mana lagu ‘’Laa Ilaaha Illallah’’ yang dibilang menjual ayat Alquran itu. Saya bawakan kaset dan saya putar di majelis itu. Didengarkan oleh para ulama. Ternyata begitu selesai mendengar, malah tersenyum. ‘’Oh, kalau begini isinya ya bikin lagi yang banyak. Ini bagus untuk dakwah,’’. Jadi keputusan MUI saat itu, bukan melarang, malah Soneta diminta membikin lagu seperti ini yang banyak. Karena MUI tidak melihat Rhoma Irama mendendangkan Alquran. Yang ada disana, Rhoma membaca Alquran surat Al Ikhlas, tidak ada musiknya. Yang ada efek angin. Wush.. wush...,ciptaan H Rizwan. Tidak ada musik dan notasi. Kemudian setelah selesai membaca ayat, baru musik.
Meskipun MUI mengizinkan lagu itu, tetapi saudara kita lain pada gerah dengan lagu itu. Suatu saat Soneta tampil di FFI Medan. Saya bawakan lagu ‘’Laa Ilaaha Illallah’’ itu. Begitu selesai, ada 10 anggota DPRD Sumut, datang ke hotel saya. Saya dan Soneta diintimidasi. ‘Saya ingatkan Anda, lagu Anda ini memecah belah bangsa. Sara. Menghina kami, Saya minta anda tidak lagi membawakan lagu ini’’. Saya hadapi, lanantas saya jawab: ‘’Kalau saya tidak mau, Abang mau apa? Kalau mau melarang lagu ini, berarti Anda ini melarang Alquran. Karena ini lagu, merupakan terjemahan dari Alquran’’. Akhirnya mereka pulang dengan perasaan marah.
Alhamdulillah, kita jihad seperti ini Allah meridhai, sehingga sampai sekarang di TVRI kita kumandangkan lagu itu secara nasional. Surat Al ikhlash itu anak kecil tahu. Tetapi tidak ada yang menterjemahkan ayat itu kepada orang kafir, bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperenakkan. Jadi lagu ‘’Laa Ilaaha Illallah’’ itu suatu jihad akbar buat saya. Soneta telah menyampaikan pesan Allah secara terbuka. Secara nasional bahkan secara internasional. Karena dapat menterjemahkan Alquran didengar oleh orang-orang kafir dan kini alhamdulillah sudah sampai kepada dunia internasional. Alhamdulillah. Dakwah melalui musik ini efektif. Walau tidak banyak, tetapi ada orang-orang sana yang masuk Islam.

Rhoma Irama Menyadari Usia Sudah Lewat 63 Tahun
Umur Nabi 63 tahun, kalau umat ini disamakan usia Nabi, saya sudah lewat setahun. Sekarang 64 tahun, seharusnya saya mati tahun lalu, alhamdulillah masih hidup, ada bonus satu tahun, enggak tahu entah sampai kapan? hehehe.. Tetapi sesuatu yang pasti, informasi kepada Anda. Berdakwah melalui musik itu non akademik. Dalam soal akademik, Ridho, Vicky, Debby tanya saya, ‘’Pah, note accord a minor, kayak apa?’’ Oh begini, begitu. Tetapi ketika tanya dakwah melalui musik, ini non akademik. Tidak ada ilmu dan rumusnya. Ini bersifat ilham dari Allah, intuitif. Tak bisa dipapartularkan. Saya bilang kepada anak-anak saya, kalau bikin lagu dakwah, begini, kerangkanya sudah tahu. Karena lagu dakwah itu bukan lirik dakwah kemudian diiringi musik. Bukan begitu. Lagu dakwah lagu yang harus bisa berdakwah. Harus bisa memotivasi pendengar, harus bisa merubah perilaku pendengar. Paling tidak bisa menyentuh pendengar sebagai dakwah, bukan sebagai lagu semata. Bukan lirik nasihat dikasih musik, bukan itu. Jadi harus harmoni, kawin antara lirik dan lagu dan musiknya. ‘’Hai manusia.... tet tet tet te te teeeet.. Hormati ibumu.....’’ ini ilham, intuitif. Tidak bisa diajarkan. Ini tidak ada ilmunya. Walau belajar sampai ke London Universty, tidak akan menemukan. Ini minallah. Maka, saya bilang ke Vicky dan Ridho, papa bisa ajarkan yang akademik. Sedangkan yang non akademik, itu dari Allah. Mudah-mudahan Ridho dan Vicky mendapat ilham dan ridha dari Allah untuk mengikuti jejak papa, walaupun papa tidak mentransfer ilmu ini. Jangankan kepada teman, kepada anak sendiri saja tidak bisa.

Pewarisan kepada Anak-anak Rhoma Irama
Apakah setelah saya tidak ada, nanti Ridho dan Vicky bisa melanjutkan? Saya berdoa untuk itu. Tetapi ternyata Vicky dan Ridho itu bukan pengganti Rhoma Irama. Rhoma tidak bisa digantikan Ridho dan Vicky. Tetapi paling tidak, sebagai anak Rhoma Irama, tegakkan aklaqul karimah dalam bermusik. Jadilah muslim yang bermusik. Jangan gunakan budaya kafir dalam bermusik. Kalau kamu belum bisa berdakwah dengan membawa Alquran dan hadits, dakwahlah bil hal. Dengan perbuatan. Tunjukkan jangan ada cipika cipiki. Begitu dengar adzan, apakah lagu stem alat atau ceksound, berhenti, tegakkan salat. Kemudian salatlah berjamaah. Ini sudah berdakwah. Ini sudah berdakwah.

Dulu, waktu Soneta tur di berbagai kota, setiap waktu salat wajib berjamaah, ini dalam rangka menjaga agar semua salat. Boedi Soetrisno, promotor bilang kalau Soneta main di Surabaya, maka hotel tempat Soneta menginap, pelacurnya diliburkan, minuman di bar dibersihkan dimasukkan peti. Padahal kalau ada band, minuman keras laku, pelacur laku. Tetapi begitu Soneta tampil, pelacur diliburkan dan minuman disingkirkan. Boedi Soetrisno sendiri, keturunan Tionghoa, akhirnya masuk Islam. Waktu tur di Jateng, kota Surakarta, Soneta salat subuh berjamaah di masjid Agung. Tahu-tahu Boedi ikut main air. Saya bilang: ‘’Eh, elo mau apa?’’ Dijawab, ‘’Saya mau ikut salat, mau wudlu. Akhirnya saya tarik ke samping, ‘’Ntar dulu, jangan salat dulu, ayo baca syahadat dulu. Langsung saya tarik, mojok di situ. Dia menirukan syahadat saya. Akhirnya, ikut wudlu dan salat, dia muslim sampai sekarang. Kemudian ada lagi, panitia tourshow namanya Darmawan masuk Islam, karena melihat Soneta sehari-hari. Tetapi dia sudah meninggal, semoga masuk jannah, amin. Ada juga producer kita, Naviri yang beragama Hindu masuk Islam. Dia tertarik karena Islam intens mengingat Allah dan melihat Soneta ini salat terus dan tidak ada minum-minuman maupun pelacuran. Kita 40 tahun ini, hari ini, tahaddud bin nikmah. Allah maha mengabulkan doa kita.

Jihad Pertama di Ancol
Jihad saya pertama di panggung musik adalah ucapan ‘’Assalamualaikum’’. Saat itu tidak ada di panggung musik ucapan salam. Salam hanya di masjid dan pesantren. Paling hany di acara kenegaraan dan panggung dakwah saja. Tidak ada musik kenal ajaran agama. Yang namanya musik ya musik, agama ya agama. Jurangnya pemisahnya dalam sekali. Jihad pertama di Ancol itu Soneta tampil, membawakan salam ‘Assamualaikum warahmatullahu wabarakaatuh’’. Apa yang terjadi? Hujan sandal, hujan batu ke panggung, lumpur terbang ke panggung. Kacau. Terus, ada yang teriak dibawah, ‘Islam tahi..!’ Saya langsung taruh gitar dan saya lompat dari panggung. Saya kejar orang yang berteriak tadi. ‘’Kalau Rhoma dan Soneta dihina, oke saya tersenyum, tetapi jangan sampai kau hina Islam’’ kata saya. Nah, saat saya mau menghajar itu orang.  Eh, ternyata dari belakang ada orang yang menghunus pisau, mau membunuh dari belakang. Alhamdulillah, Haji Nasir sigap. Diambilnya tiang mic, dan dihajarlah orang itu sampai roboh. Jeder....! dia jatuh. Jadi memang Soneta ini musik perang. Jadi kalau sekarang band main sudah enak. Itu, film ‘Menggapai Matahari’ bukan bohong, itu pengalaman yang sesungguhnya. Benar benar harus berjuang.
Maka, ketika eksistensi Soneta sampai detik ini diakui dunia, maka saya kembali menangis tertaru, ini bukti doa kita dikabulkan Tuhan. Makanya saya tak henti henti menangis terharu. Ini bukti, kita dibimbing Allah. Eksistensi 40 tahun terlama di dunia, bukan hanya di Indonesia. Ini bukan hal kecil. Sampai orang bilang Rhoma itu ‘legenda hidup’. Subhanallah.... ini semua karena kehendak Allah, bukan karena kepandaian Rhoma Irama. Maka saya mohon izin pada ulama, izinkan kiai saya tetap di musik. Tujuan kita tetap sama, untuk kebaikan Islam.

Alasan Rhoma Irama masuk Golkar
Memang benar, saat Rhoma Irama masuk Golkar, semua orang marah. Penggemar saya membakar poster Rhoma, kaset saya dibakar. Waktu saya datang ke Pekalongan bersama Golkar, itu kota Pekalongan dibakar.  Saking marahnya sama Rhoma. Mengapa marah? Karena mereka tidak tahu. Innamal akmalu binniat. Sekarang saya kasih tau. Dulu saya masuk PPP, bukan karena partai PPP. Tetapi karena buat Islam dan muslimin. Saat itu 1977, partai hanya 3 yaitu, PPP, Golkar dan PDI. Yang berazas Islam hanya PPP. Saya masuk PPP bukan sebagai anggota PPP, juga bukan kader dan pengurus PPP, jangan salah. Tetapi saya hanya simpatisan. Saya datang kepada J Naro, ketua Umum PPP saat itu. Saya bilang mau numpang jihad di PPP, karena saat itu dari 3 partai, yang berazas Islam hanya PPP. Ada tidak, saat itu artis yang membela PPP? Tak satupun. Kalau ada artis yang naik haji, ya hanya Rhoma Irama. Artis yang membela PPP juga hanya Rhoma Irama. Kita sendirian. Karena saat itu, tidak ada yang berani melawan Golkar, tidak ada. Alhamdulillah hanya Rhoma yang berani melawan Golkar.
Maka, saya pamit kepada ibu, untuk diridlai. Eh, ibu saya juga melarang, alasannya karena ayah saya, seorang purnawirawan ABRI. Yang saat itu, semua wajib mendukung Golkar. Saya bilang ke ibu, ini ada partai yang berjuang untuk Islam. Kalau tidak berjuang, mubazir hidup ini. Saya ingin melawan kekuasan (Golkar) karena saat itu pemerintah dan Golkar menyerang dan merugikan Islam. Pemerintah tidak kooperatif dengan Islam. Maka saya mau melawan Golkar. Itu taruhannya nyawa. Dan ternyata benar, saat didukung Rhoma Irama, Pemilu 1977, DKI Jakarta dimenangkan PPP.
Saya masuk PPP tidak dibayar, tapi justru saya membayar. Kok bisa? Kembali, rumah ini (Rumah Rhoma Irama di Jalan H Kebonbaru Tebet) menjadi saksi sejarah.  Dari rumah inilah, aktifitas PPP dikendalikan. Saking curiganya, tiap hari, helikopter tentara keliling mutar mutar di atas atap rumah ini. Mereka melihat aktifitas simpatisan PPP dan Rhoma Irama. Belum lagi dengan terjadi empat kali terjadi percobaan pembunuhan. Dengan belati di Medan, dengan golok di Palembang, dengan peluru di Jember, pake Granat di Jatim. Alhamdulillah Rhoma Irama masih hidup. La haula walaquwwata illa billah.
Begitu parpol semua berazas tunggal Pancasila, disitu saya mundur dari PPP. Karena PPP melepaskan Islam, sedangkan saya berjuangan demi Islam. Maka saya absen di politik sampai dua periode. Selanjutnya, justru Golkar yang semangat untuk membela Islam. Indikasinya, Pak Harto bikin seribu masjid. Hari-hari besar Islam dibesarkan. Semua pejabat pada naik haji, majelis taklim dimana-mana. Sementara sebelumnya begitu sulit menggelar pengajian, begitu sulit mau mendirikan masjid di kantor-kantor. Maka saya terpanggil. Maka saya ke Golkar, karena demi Islam. Kalau kemudian saya masuk, itu buat Islam, bukan buat Golkar.
Dulu, sewaktu masih di PPP, saya ditawarkan masuk Golkar dengan iming-iming ditawarkan gunung marmer, akan diberi kebun teh, kendaraan dan macam-macam, saya tolak, saya tidak mau. Tetapi begitu saya lihat Golkar memperjuangkan Islam maka tanpa diminta, datang ke Golkar. Dulu saya datang ke Naro juga untuk numpang jihad. Kali ini ke Golkar saya juga mau berjihad.

Contohlah Soneta Femina
Saya juga diingatkan ulama, agar tidak membawa perempuan dalam panggung musik, karena perempuan di panggung musik cenderung mengumbar aurat. Saya katakan kepada kiai bahwa itu termasuk strategi saya pak kiai. Karena dangdut ini, umumnya penyanyinya perempuan. Yang erotis itu perempuan. Dengan adanya Femina ini, paling tidak saya bisa menunjukkan bahwa bila artis mau tampil, berbusananya seperti Soneta Femina. Kalau mau goyang, juga seperti goyangnya Soneta Femina. Yang dijual nilai artistik dan keindahannya, bukan nilai erotisnya. Femina harus jadi model penyanyi dangdut saat ini. Agar bagi penyanyi dangdut berkiblat kepada Femina, bagaimana berbusana dan bergaya.

Pesan Rhoma Irama kepada Fans Soneta
Terakhir, saya ingin mengingatkan teman-teman Soneta Fans Club Indonesia. Kata Prof William Frederich, pakar politik dari Ohio Universty Amerika Serikat, yang pernah menulis buku tentang Rhoma Irama mengatakan, kalau Mic Jagger memiliki penggemar bernama ‘’The Angel’’ maka Rhoma punya SFCI. Bedanya, Mig jager punya penggemar, kalau Rhoma Irama punya pengikut. Apakah benar begitu? Frederich pernah 3 kali ke rumah ini. Kata Frederich, seandainya Rhoma dahulu mau berontak, maka dia akan didukung 25 juta rakyat Indonesia. Dia bilang Rhoma  tidak sendirian. Dia punya pengikut. Dia pemimpin agama. Lirik lagunya bukan sekadar ucapan di bibir, dia kerjakan apa yang dia ucapkan dan mengajarkan kepada rakyatnya hal yang positif. Sehingga dia menjadi panutan agama dan sosial. Bukan semata musik.
Maka saya ingin, keberadaan Soneta Fans Club ini bisa bermanfaat. Anda mendukung Rhoma itu akan sangat bermanfaat seandainya, Anda mampu mengimplementasikan lirik lirik yang telah dibuat oleh Soneta. Bukan sekadar fun. Benar benar diamalkan. Anda menegakkan salat, anda tidak berjudi. Anda tidak menjalankan yang haram, anda menghormati ibunda, menegakkan izzul islam wal muslimin. Jangan mengultuskan. Saya tidak ingin dikultuskan, naudzubillahi mindzalik.  Seandainya anda mau mengikuti langkah saya, itu sama dengan Anda mengikuti jejak seorang ulama yang mengajarkan hal yang positif dan menjauhi hal yang negatif. Seandainya ini saja dilaksanakan, Soneta Fans Club menjadi sebuah kekuatan untuk bangsa ini, Li idzil Islam wal muslimin untuk bangsa dan negara.
Maka mari kita bacakan alfatihah, agar Soneta Fans Club dapat melaksanakan dan mengamalkan lirik-lirik Soneta. Alfaaatihah.......... (semua membaca ummul quran). Selain itu, kita bacakan alfatihan untuk kawan-kawan Soneta yang telah mendahului kita. Untuk Haji Beni Muharram, Haji Ayub dan Haji Popong, semoga amal ibadahnya diterima Allah dan diberikan jannah. Alfaatihah..... (semua membaca ummul quran dan dilanjutkan doa oleh Rhoma Irama).
 (surya aka/habis)

Rhoma masih terlihat merah matanya. Karena ceramah sambil menangis. Teringat perjuangan Soneta 40 Tahun lalu dengan taruhan nyawa. (foto: Andi Steinberger)

Rhoma di depan Soneta Fans Club pada 40 tahun Soneta. (foto: Andi Steinberger) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar